Program pemerintah yang mentargetkan Jaminan Kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia di tahun 2019 dan lesunya perekonomian Indonesia yang berakibat pada menurunya nilai mata uang rupiah untuk jangka waktu yang tidak pasti rupanya memaksa kalangan pengelola Rumah Sakit untuk menjadi lebih efisien dengan Lean Hospital, setidaknya terjadi di kalangan RS Muhammadiyah Aisyiyah (RSMA). Terbukti dengan masih adanya beberapa RSMA yang mengadakan studi banding tentang manajemen ataupun pelayanan BPJS. Tahun ini saja sudah ada 5 (lima) rumah sakit keagamaan yang mengadakan studi banding dan masih ada 3 (tiga) rumah sakit lagi yang dijadwalkan.
Rumah sakit - rumah sakit tersebut adalah RS PKU Muhammadiyah Bantul, RSIA Kota Gede, RS PKU Muhammadiyah Siti Aminah Bumi Ayu Brebes, RS PKU Muhammadiyah Mayong Jepara, bahkan RSU PKU Muhammadiyah Surakarta yang datang secara bergelombang pada tanggal 25, 27 Agustus dan 15 September 2015.
RS PKU Muhammadiyah Bantul datang dipimpin langsung dr. Widiyanto Danang Prabowo, MPH sebagai Direktur dan Drs. H. Marzuki, M. Pd sebagai BPH. RS Rombongan PKU Muhammadiyah Mayong dipimpin oleh pimpinan MPKU Mayong - H. M. Yusuf, SP, RSIA Kota Gede diwakili Direktur dan seorang stafnya. Ketiga rumah sakit tersebut ingin belajar tentang efisiensi dalam manajemen RS. Sedangkan RS PKU Muhammadiyah RS PKU Muhammadiyah Surakarta mendatangkan Tim Casemix - nya yang dipimpin dr. H. Ahmad Supriyanto. ingin belajar tentang pengelolaan BPJS.
Dalam presentasinya kepada semua rumah sakit tersebut, dr. Muhamad Ma’mun Sukri selaku Direktur RSU PKU Muhammadiyah Delanggu selalu memperkenalkan Lean Hospital karena beliau menilai Lean Hospital adalah tools yang bisa menjadi solusi efisiensi dan peningkatan mutu rumah sakit dalam pengelolaan BPJS. Efisiensi yang dilakukan dalam Lean Hospital selalu dimulai dari menemukan waste (pemborosan), sehingga mutu tetap terjaga.
System yang diadopsi dari Toyota Production ini menggunakan filosofi Kaizen. Dalam tulisan kanji Kaizen terdiri dari 2 huruf yakni ‘kai’ berati perubahan dan ‘zen’ berarti kebaikan. Maka kaizen dapat diartikan sebagai perbaikan berkesinambungan (continous improvement). Perbaikan yang dilakukan bertolak dari pengamatan terhadap adanya pemborosan, yaitu muda, mura, dan muri dalam tiap proses pelayanan.. Muda artinya beban yang terlalu ringan, Mura artinya beban yang tidak merata dan Muri artinya beban yang berlebih. Dalam Kaizen ketiga hal tersebut dipandang sebagai pemborosan, sehingga dalam pantauan sehari-hari beban yang terlalu ringan akan ditambah, beban yang tidak merata akan diratakan, beban yang berlebih akan dikurangi.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 comments:
Posting Komentar