Jamaah sidang jum’at yang berbahagia, puji syukur ke hadirat Allah atas segal limpahan berkah dan hidayah Nya. Salam dan shalawat kepada junjungan kita Rasullah SAW. Selanjutnya mari kita luruskan niat kita, agar apa yang kita lakukan hanya berdasar kepada perintah Allah dan didasarkan pada upaya mencari ridho Allah,sehingga kita berharap apa yang kita kerjakan dinilai ibadah oleh Allah.
Jama’ah yang dimuliakan Allah, Islam adalah agama yang penuh ajaran luhur tentang akhlaq dan perilaku. Salah satu perilaku yang diajarkan Islam adalah sabar, sebagaimana firman Allah dalam QS Ali Imron( 3) : 200
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung”.
Hadirin yang berbahagia, sabar memiliki makna menahan dan mengendalikan diri untuk tidak melakukan hal yang dilarang oleh Allah. Dan orang yang sabar menurut janji Allah dalam ayat tersebut maka akan memperoleh keberuntungan. Oleh karena itulah menjadi kewajiban setiap kita untuk dapat menjadi pribadi yang sabar. Sabar saat menerima musibah, sabar ketika menjalankan ibadah, sabar dalam perjuangan hidup, sabar dalam berdakwah amar makruf nahi munkar, dan sabar dalam menjalani hidup dan kehidupan. Dalam ayat di atas kita diperintah untuk bersabar dan menguatkan kesabaran. Hal ini sangat penting karena sabar akan menemui banyak hambatan dan tantangan dalam kehidupan, maka perlu diperkuat terus menerus, agar tidak luntur dan hilang.
Perilaku sabar hanya akan diperoleh oleh orang yang memahami konsep Islam tentang sabar. Hal- hal yang dapat membuat manusia berperilaku sabar adalah sebagai berikut :
Menyadari tabiat kehidupan dunia.
Memahami hakekat manusia.
Memahami hakekat sabar
Mengharap balasan hanya dari Allah
Zuhud ( sederhana)
Pertama, orang akan memiliki sikap sabar jika menyadari tabiat dan hakekat kehidupan di dunia yang penuh dengan ujian dan cobaan. Allah memberi ujian dan cobaan kepada manusia dalam rangka menguji kebenaran keimanan kita. Sebagaimana difirmankan Allah dalam QS Al Ankabut(29) ayat 2
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?”
Keimanan dan keislaman akan senantiasa diuji oleh Allah untuk membuktikan keimanan dan keislaman manusia. Oleh karena itu hanya manusia yang iman dan Islamnya benar sajalah yang akan mampu memiliki sikap sabar.
Kedua, agar memiliki sikap sabar kita perlu memahami hakekat manusia. Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang akan selalu berinteraksi dengan sesama manusia. Dalam interaksi tersebut akan ada gesekan kepentingan. Dan dalam kondisi demikian seringkali kita merasa kecewa karena didzalimi oleh orang lain atau ada sedikit perselisihan dan persoalan lainnya. Sikap kecewa dan merasa teraniaya hanya akan dapat dinetralkan dengan sikap sabar.
Ketiga, kita juga harus memahami bahwa sabar bukanlah perilaku pasrah seperti dalam konteks budaya Jawa, sabar sebagai “pasrah bongkokan”, menyerah pada nasib dan keadaan. Jika itu yang terjadi maka bukan sabar namanya, melainkan sikap putus asa. Sabar adalah menerima keadaan dengan terus berupaya memperbaikinya. Dengan demikian maka sabar dalam Islam tidak pernah mengenal batas. Batas kesabaran manusia menurut Islam adalah ketika keadaan telah benar- benar tidak dapat diperbaiki. Dan hal demikian hanya akan terjadi ketika manusia telah wafat, jadi sabar dalam Islam batasnya adalah kematian. Sejauh manusia masih hidup maka wajib dan harus memiliki sabar.
Keempat,sabar adalah keyakinan akan datangnya balasan dari Allah yang lebih baik. Dengan keyakinan ini maka manusia akan senantiasa memiliki sabar dalam menghadapi segala masalah hidup dan kehidupan. Baginya QS Az Zumar(39) ayat 10 selalu menjadi penghiburan karena Allah berjanji akan memberi pahala yang tiada hitungan.
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”.
Sebab pahala yang dijanjikan tanpa batas maka manusia beriman akan berupaya optimal untuk sabar, apapun kondisi dan keadaannya. Mereka tidak akan mengharap balasan dari manusia dan makhluk lain dari sikap sabarnya. Mereka akan terus berlaku sabar sekalipun orang disekitarnya mencemooh, mencaci dan menghina,baginya balasan Allah diyakini akan lebih baik dari segalanya. Ketika berperilaku baik namun dibalas dengan keburukan pun orang sabar tidak akan berhenti melakukan kebaikan. Baginya harapan pada Allah melebihi segalanya.
Kelima, zuhud ( sederhana). Sederhana di sini diartikan sebagai tidak mencintai dunia secara berlebih- lebihan. Dunia hanyalah ditangan dan tidak dijadikan tujuan hidup. Orang yang hidupnya senantiasa mengejar materi duniawi tentulah bukan orang sabar. Orang sabar hanya mengejar dunia sebagai sarana untuk mengabdi dan mendekatkan diri serta ibadah kepada Allah semata. Karena baginya telah merasa cukup dan bergembira dengan berita keutamaan sabar, sebagimana difirmankan Allah dalam QS Al Baqarah (20) ayat 155
“dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”
Dari ayat tersebut maka bagi orang yang sabar dia tidak akan merasa takut kekurangan apapun di dunia, karena yakin Allah akan memberi kegembiraan yang lebih baik
Jama’ah yang dimulyakan Allah, marilah kita koreksi diri kita masing- masing tentang sikap sabar tersebut. Sudahkah kita memiliki sabar? Seberapa kuat kesabaran kita? Dan sudahkah kita gembira terhadap kesabaran kita? Mari temukan jawabannya pada telaah diri kita masing- masing. Jika kita sudah memiliki sabar itu maka mari kita tingkatkan. Sebaliknya jika belum mempunyai maka mari kita usahakan sikap sabar ada pada diri kita.
Endri Yunanta Besar
MTDK PCM Delanggu
0 comments:
Posting Komentar