Sedekah bumi dan sedekah laut, dimana syiriknya?
Sebagian orang mungkin ada bertanya, kenapa budaya sedekah laut, larung laut, petik laut, sajen laut itu kok dibilang syirik. Syiriknya di mana?
Kalau ada yang mengatakan bahwa sesajen adalah bentuk penghormatan kepada makhluk Allah, maka dia bukan ibadah. Itu tdk sesuai dgn kenyataan dilapangan. sesajen dalam pengertian yang kita lihat dan difahami orang-orang adalah: persembahan kepada dewa atau arwah nenek moyang pada upacara adat di kalangan penganut kepercayaan kuno di Indonesia, seperti pada Suku Sunda, Suku Jawa, Suku Bali dan suku lainnya. (wikipedia.org/wiki/Sesajen)
Apakah tujuan sesajen itu adalah untuk dipersembahkan kepada Allah atau penguasa laut selatan (Nyi Roro Kidul)? Dari referensi yang saya baca sesajen adalah persembahan kepada Penguasa Laut (baca :Nyi Roro Kidul) dengan tujuan agar para pelaut diberi keselamatan selama melaut. Inilah alasan mengapa acara ini dikatakan sebagai ritual kesyirikan (budaya kesyirikan).
Inti dari ibadah adalah adanya rasa tadzallul (perendahan/penghinaan diri), khasyah (takut) dan mahabbah (cinta). Rasa tersebut muncul karena adanya keyakinan bahwa dzat yang dia ibadahi memiliki keagungan, kekuatan dan kemampuan untuk memberikan manfaat atau mudharat kepada dia.Hakikat orang2 memberikan sesajen karena perasaan tadi, bukan semata-mata menghormati makhluk. Sesajen juga banyak mengandung persembahan dalam bentuk khusus yaitu sesembelihan, misalnya kepala kerbau, sapi, sepotong ayam dan yang semisalnya.
Ibadah itu adalah perendahan diri kepada Allah semata, bukan kepada yang selain Allah. Tata caranya pun jelas aturannya. Jika ada jg anggapan bahwa sesajen itu budaya masyarakat dalam rangka memohon keselamatan dan wujud rasa syukur atas hasil laut kepada Allah yang Maha Kuasa bukan kepada sing baureksa laut. Kalau tujuan sesajen ini kpd Allah maka ini bukan lagi masuk ranah budaya namun sudah masuk wilayah agama. Dlm wilayah agama, Islam telah mengatur dengan jelas tatacara ibadah kepada Allah. Sehingga tidak boleh seorang muslim itu membuat ritual/tatacara ibadahnya sendiri atau bahkan mengambil ritual ibadah dr keyakinan agama lain kmd diganti tujuannnya agar sesuai agama islam ..Seperti inilah yang namanya sinkretisme dalam terminologi liberal atau disebut bidah dalam agama islam.
Namun ketika sebuah masyakat melakukan sebuah budaya/ritual perendahan diri kepada yang selain Allah, seperti menyerahkan sesajenan, menyembelih hewan tertentu untuk selain Allah agar dia diberi anugerah rezeki dan keselamatan, maka hal ini bisa dilihat sebagai sebuah budaya. Namun jika budaya ini dilakukan oleh masyarakat muslim. Kita wajib mengingatkan mereka karena ini adalah budaya syirik yang jelas dilarang dalam agama islam karena ini bertentangan dengan prinsip tauhid dan melanggar syadahat kita.
Bukankah ibadah kita hanya untuk Allah? Di dalam al-Fatihah kita membaca
اياك نعبد و اياك نستعين
"Hanya kepadaMu lah ya Allah kami beribadah, dan hanya kepadaMu lah kami mohon pertolongan.."
Kita juga membaca,
إن صلاتي ونسكي ومØياي ومماتي لله رب العالمين لا شريك له
"Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya bagi Allah Rabb semesta alam, tiada sekutu bagiNya."
Di dalam sebuah hadits pun disebutkan tentang masuk nerakanya seseorang yang mempersembahkan sesajen berupa seekor lalat, maka bagaimana yang lebih besar daripada itu?
“Ada seseorang yang masuk surga karena seekor lalat dan ada yang masuk neraka karena seekor lalat pula.” Para sahabat bertanya:“Bagaimana itu bisa terjadi ya Rasulullah? Rasul menjawab: “Ada dua orang berjalan melewati sebuah kaum yang memiliki berhala, yang mana tidak boleh seorangpun melewatinya kecuali dengan mempersembahkan sesuatu untuknya terlebih dahulu, maka mereka berkata kepada salah satu di antara kedua orang tadi:“Persembahkanlah sesuatu untuknya!” Ia menjawab: “Saya tidak mempunyai apapun yang akan saya persembahkan”, mereka berkata lagi: “Persembahkan untuknya walaupun seekor lalat!” Maka iapun mempersembahkan untuknya seekor lalat, maka mereka membiarkan ia untuk meneruskan perjalanannya, dan iapun masuk ke dalam neraka. Kemudian mereka berkata lagi kepada seseorang yang lain: “Persembahkalah untuknya sesuatu!” Ia menjawab: “Aku tidak akan mempersembahkan sesuatu apapun untuk selain Allah, maka merekapun memenggal lehernya, dan iapun masuk ke dalam surga” (HR. Ahmad).
Bagi kita, mengingatkan masyarakat muslim dari perbuatan syirik adalah sebuah kewajiban amar ma'ruf nahi munkar karena kalau tidak ada yang memberikan peringatan, maka kalau turun adzab yang kena semua, bukan hanya yang melakukan ritual.
Sebagaimana Allah berfirman. "Peliharalah diri kalian dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kalian. Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya." (QS al-Anfal [8]: 25).
Ayat tersebut berisi peringatan untuk berhati-hati (hadzr) akan siksaan (azab) yang menimpa secara umum, baik yang zalim maupun yang tidak zalim. Allah akan meratakan adzabNya ketika amar maruf nahi mungkar ditinggalkan oleh semua orang. Ini adalah Petunjuk Alquran untuk menghindarkan diri dari bencana/adzab, yakni dengan melakukan amar makruf nahi mungkar terhadap pihak yang berbuat kemungkaran. Jika kewajiban amar makruf nahi mungkar ini tidak dilaksanakan maka mereka layak menerima azab Allah yang ditimpakan secara merata, baik atas yang berbuat mungkar maupun yang tidak. Inilah salah satu makna bahwa Allah itu amatlah keras siksaan-Nya.
Kita perlu berusaha memahamkan masyarakat muslim tentang bahaya ritual syirik seperti ini bagi kehidupan di dunia dan kehidupan akhirat kita nanti. Tentunya harus dilakukan dgn cara-cara yang baik, dengan pencerahan, dialog yang baik dan cara-cara hikmah lainnya agar masyakat tercerahkan hatinya. Bukan dengan main hakim sendiri dgn membubarkan ritual syirik tsb.
Mudah2an kalau ini semua ditinggalkan, negeri kita tercinta ini akan dicurahi keberkahan dan dilindungi selalu oleh Allah. Inilah wujud cinta kita kepada Indonesia, tanah air kita. Oleh karena itu, Mari kita berusaha menempuhnya agar Allah menjaga dan tidak menghukum penduduknya karena kesyirikan dan kemaksiatan.
0 comments:
Posting Komentar