PKU Muhamamdiyah Delanggu
Dakwah

Kultum: Menjaga Diri


Jamaah sidang jum’at yang berbahagia, puji syukur ke hadirat Allah atas segal limpahan berkah dan hidayah Nya. Salam dan shalawat kepada junjungan kita Rasullah SAW. Selanjutnya mari kita luruskan niat kita, agar apa yang kita lakukan hanya berdasar kepada perintah Allah dan didasarkan pada upaya mencari ridho Allah,sehingga kita berharap apa yang kita kerjakan dinilai ibadah oleh Allah.
Jama’ah yang dimuliakan Allah, Islam adalah agama yang penuh makna. Agama yang menuntun manusia untuk selamat dan memperoleh kebahagiaan dunia akherat. Oleh karena itu  Islam dalam ajarannya selalu mengingatkan ummat manusia untuk senantiasa berhati- hati dalam berbuat dan berperilaku. Salah satu ajaran tersebut adalah untuk menjaga diri dan keluarga dari siksa api neraka, sebagaimana firman Allah dalam QS At Tahrim ( 66 ) ayat 6
Wahai orang-orang yang beriman!  Peliharalah dirimu  dan keluargamu  dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Ayat tersebut memiliki makna mendalam bagi kita umat Islam untuk berupaya maksimal memelihara diri dan keluarga dari siksa api neraka. Ayat tersebut secara tidak langsung menunjukkan kepada kita syarat pertama dan utama terhindar dari api neraka adalah dengan iman. Keimanan menjadi syarat mutlak untuk menjaga diri dari siksa neraka. Apapun dan sebaik apapun serta sebanyak apapun amal perbuatan tanpa didasari iman maka akan menjadi tidak bermakna dan tidak bisa menjadi benteng penjaga dari siksa neraka.
Ajaran kedua dari ayat tersebut adalah, menjaga siksa api neraka harus diawali dari diri sendiri. Hal demikian sejalan dengan perintah Rasul bahwa sesuatu harus dimulai dari diri sendiri, ibdika bi nafsik. Ini sesungguhnya adalah ajaran yang filosofis bahwa tidak akan mungkin kita menjaga orang lain jika kita tidak mampu menjaga diri sendiri.
Ajaran ketiga dari ayat tersebut adalah memberi teladan. Makna filosofis kedua jika dihubungkan dengan konteks  QS At Tahrim ayat 6 adalah, kita harus mampu menjadi teladan dalam keluarga. Karena sesungguhnya keteladanan dalam berperilaku yang didasarkan pada keimanan menjadi kunci kuat untuk memelihara diri dan keluarga dari siksa neraka. Dengan keteladanan  akan lebih mudah mengajak keluarga berbuat sesuai tuntunan keimanan. Keteladanan mempermudah anak dan keturunan kita mencerna, memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam lingkup keluarga kita. Dengan keteladanan yang ditunjukkan dalam perilaku maka anak keturunan kita menjadi lebih konkret memperolah gambaran tentang Islam, sehingga pemahamannya  pun akan lebih baik mengenai Islam.
Pelajaran keempat dari QS At Tahrim ayat 6 adalah untuk lebih memahami ajaran Islam. Karena hanya dengan itu maka pengamalan ajaran agama akan menjadi bermakna dalam kehidupan. Hal demikian sangat penting karena pemahaman agama akan menunjang perilaku kita. Juga untuk mengamalkan perintah Allah agar kita memiliki dasar ilmu dalam berbuat sesuatu, sebagaimana tertuang dalam QS Al Isra’ ayat 36   
dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
Selain hal itu sesungguhnya memberikan pemahaman agama adalah hal utama untuk meraih kebaikan. Sabda Rasul “ Mayyu dillahu bihi khoiron yufaqqihu fiddin” siapa yang dikehendaki allah diberi kebaika maka dipahamkan pada agamanya ( HR Bukhori Muslim). Pemahaman agama sangat penting pada saat sekarang ini, sebab banyak orang yang hanya sekedar tahu tentang agama, namun jauh dari kepahaman. Mengetahui agama tidaklah sama dengan paham agama. Tahu agama hanya sekedar tahu, namun paham agama, selain mengetahui juga akan berupaya maksimal melaksanakan dan mengamalkannya.
Pelajaran kelima dari QS At Tahrim ayat 6 adalah untuk memberi nafkah yang halal dan baik. Untuk membentengi diri dari siksa neraka maka kita dan keluarga harus makan dan beraktivitas dari rejeki yang halal dan baik. Karena sesungguhnya dari hal ini juga akan sangat berpengaruh dalam segala sendi kehidupan kitan. Nafkah yang tidak halal adalah tiket diri dan keluarga ke neraka, maka harus kita jauhi. Kita, terutama sebagai kepala keluarga harus mampu memberi nafkah yang baik dan halal untuk keluarga sebagi bagian dari upaya menjaga diri dari api neraka.
Demikian yang bisa kita sampaikan sehubungan dengan QS At Tahrim ayat  6, semoga membawa manfaat bagi upaya kita menjaga diri dari siksa api neraka. Jika benar datangnya dari Allah, jika salah semata mata karena kebodohan saya, oleh karena itu mohon dimanfaatkan. Semoga Allah memberi kekuatan kita mengamalkan ajaran tersebut. Amin.
Endri Yunanto Besar, S.Pd, M.Pd
MTDK PCM Delanggu

About khosimjo

0 comments:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.