Dakwah lewat Media Sosial
Kekalahan gubernur petahana dalam Pilgub DKI beberapa bulan lalu tidak terlepas dari peran penggiat media sosial. Hadirnya para pejuang media sosial benar-benar menjadi menjadi momok yang menakutkan tim siber petahana. Para pejuang media sosial ini bekerja secara masif membendung framming dan spinning media yang selalu menyudutkan umat Islam.
Para pejuang media sosial bergerak secara masif tanpa dikomando melalui media Facebook, WA, Twitter dan media online lainnya.
Opini sesat dan berita hoax dapat dicounter dengan baik oleh para pejuang media sosial hingg akhirnya media-media mainstream mati kutu. Berkat para pejuang media sosial ini pula jutaan manusia dapat dikumpulkan di pusat Ibukota satu tahun yang lalu.
Bahkan gaung dari pejuang media soaial ini juga menggetarkan Aung San Suu Kyi hingga harus mengeluarkan pernyataan, dimana dia mengatakan Netizen Indonesia berhentilah komentar terhadap negara kami, jangan seolah-olah kalian lebih tau dari kami.
Peran media sosial tentu tidak selalu identik dengan kampanye politik. Media sosial juga sangat penting bagi umat Islam sebagai media dakwah yang belum tergarap. Dan salah satu media sosial yang sering digunakan sebagai ladang dakwah adalah aplikasi Whatapp.
Dakwah dan penyebaran informasi melalui media online merupakan suatu inovasi terbaru dalam syiar Islam, dan tentunya akan memudahkan para da’i maupun masyarakat umum dalam melebarkan sayap-sayap dakwahnya. Penggunaan media internet sebagai media dakwah merupakan kesempatan dan tantangan untuk mengembangkan dan memperluas cakrawala dakwah Islamiyah. Kesempatan yang dimaksud ialah bagaimana orang-orang yang peduli terhadap kemampuan dakwah maupun memanfaatkan media internet tersebut sebagai sarana dan media dakwah untuk menunjang proses dakwah Islamiyah.
Media online adalah ladang baru yang sangat luas untuk menyebarkan "Islam Berkemajuan". Muhammadiyah sebagai salah satu ormas yang sudah berumur 105 tahun dan sudah berkiprah disegala lini kehidupan berbangsa dan bermasyarakat tampaknya masih harus berlari kencang dalam memanfaatkan dan mengelola ladang dakwah online ini.
Hoax, berita palsu, pembelokan berita, fitnah, dan framming adalah hal yang lumrah dalam "dunia persilatan media online".
Seringkali kita melihat diberbagai grup WA, bagaimana warga Muhammadiyah seringkali tidak mencermati kebenaran berita atau informasi yang didapat dan kemudaian menyebarkannya kembali padahal informasi yang didapat tidak bisa diverifikasi kebenarannya.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah mencoba membuat portal berita menara62.com sebagai media untuk menyebarkan informasi berkaitan dengan dakwah Islam yang selama ini cenderung dibentuk oleh media sekuler sebagai kaum yang intoleran dan radikal.
Sudah jamak kita ketahui jika kita sering membaca media online maupun melihat salah satu saluran televisi yang sangat tidak ramah kepada Islam. Namun demikian portal online yang dimiliki Muhammadiyah ini masih belum terlihat gaungnya diantara media-media mainstream sekuler yang sudah lama hadir.
Muhammadiyah juga sudah mencoba membuat saluran televisi (TVMU) sebagai sarana penyebaran informasi melalui media televisi.
Tidak banyak tokoh Muhammadiyah yang aktif di media sosial, beberapa nama yang sering memberikan statement dan pandangan terkait dakwah Islam, gagasan dan kebangsaan diantaranya Dahnil Simanjuntak (Ketua PP Pemuda muhammadiyah) dan Mustafa B. Nahrawardaya (Kriminolog dan anggota MPI PP Muhammadiyah).
Beberapa bulan yang lalu, MPI PCM Delanggu berkesampatan mengikuti kegiatan Temu Netizen Muhammadiyah dan Kopdar Jarimu (Jaringan Radio Muhammadiyah) Se-Indonesia yang digagas MPI PP Muhammadiyah di UMY Jogja.
Menurut Mustofa B. Nahrawardaya yang pada kesempatan secara aklamasi didaulat sebagai koordiator pusat Netizmu (nama komunitas sosial media Muhammadiyah,) mengatakan bahwa kader Muhamamdiyah penggiat media online merupakan pasukan inti yang siap “bertempur” membela kepentingan persyarikatan di dunia maya.
Salah satu contoh "kepentingan persyarikatan di dunia maya" yang kita temui adalah membela ustadz Muhammadiyah dalam hal ini Ustadz Bachtiar Nashir (UBN) dari serangan brutal yang dilakukan di media sosial. Tuduhan-tuduhan negatif yang dialamatkan kepada UBN tentu tidak bisa dicounter sendiri oleh yang bersangkutan, karena serangan dilakukan secara masif dan terorganisir.
Bagaimana Muhammadiyah Delanggu melihat fenomena media online sebagai ladang dakwah ini? PCPM Delanggu bekerjasama dengan MPI PCM Delanggu telah merintis peluang ini dengan mengadakan training jurnalistik bagi kader-kader muda Muhammadiyah.
Disinilah satu fungsi dan peran warga Muhammadiyah memanfaatkan media online dan sosial sebagai sarana dakwah yang efektif.
Noer Al Khos
MPI PCM Delanggu
0 comments:
Posting Komentar