SMPI PK Muhammadiyah Delanggu
Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang berdiri sejak tahun 1912 di Kauman Jogjakarta, pendiri organisasi ini adalah Muhammad Darwis atau lebih dikenal dengan nama Ahmad Dahlan. Begitulah sedikit info mengenai persyarikatan Muhammadiyah, kalau hanya sampai di situ memang tidak menarik dan kelihatan biasa-biasa saja, itulah yang saya alami sebelum tahun 2011, sebelum saya mengikuti Melati Tunas yang diadakankan Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah Delanggu.
Mengenal Muhammadiyah bagi saya perlu proses, dan itu cukup panjang. Saya lahir pada tahun 1992 di Delanggu Klaten, di sebuah Kecamatan yang menurut tulisan Pak Jamaluddin Ahmad adalah Cabang yang Muhammadiyahnya maju dan menjadi percontohan. Saya dulu melihat Muhammadiyah hanya sebatas Sekolah dan Rumah Sakit, karena memang awalnya belum kenal dan masih cuek dengan salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia ini.
Pada tahun 2010 saya masuk di kampus UNS mengambil jurusan Pendidikan Sejarah, seperti biasa menjadi mahasiswa seperti “diwajibkan” membaca buku-buku, dari situlah rasa penasaran terhadap Muhammadiyah mulai muncul. Muhammadiyah yang awalnya saya kira hanya sekolah dan Rumah Sakit ternyata itu sebuah gerakan Islam yang luar biasa, punya tokoh-tokoh yang luar biasa juga, dari kampus mulai mengenal KH. Ahmad Dahlan, KH. Mas Mansyur, Ki Bagus Hadikusumo, Amien Rais, Syafi’I Ma’arif, Din Syamsuddin dan tokoh-tokoh Muhammadiyah yang lain, dari situlah mulai sedikit tertarik, tapi masih belum paham juga apa itu Persyarikatan Muhammadiyah.
Dan pada tahun 2011 mulailah saya ikut Melati Tunas yang merupakan pengkaderan formal Pemuda Muhammadiyah. Pada saat itu, mau ikut atau tidak masih ragu, karena sebenarnya saya tidak ingin ikut ormas Islam apapun karena saya ingin netral, tetapi disisi lain saya penasaran dengan Muhammadiyah, namun dengan sedikit pertimbangan saya memutuskan untuk mengikuti pelatihan tersebut yang dilaksanakan di SMA Muhammadiyah Delanggu. Pada saat itu peserta cukup banyak, materi yang disampaikan juga luar basa. Bagi saya momentum ini lah yang sebaiknya saya gunakan untuk lebih mengenal Muhammadiyah, maka ketika materi disampaikan saya paling sering bertanya karena haus akan jawaban dan butuh penyegaran terkait pertanyaan-pertanyaan yang seolah memenuhi pikiran ini. Maka pada saat itu saya ditunjuk menjadi peserta teraktif oleh panitia.
Pengetahuan saya terkait Muhammadiyah mulai berkembang setelah itu, banyak saya temui teman-teman yang berbeda gerakan di kampus, seperti tarbiyah, hizbut tahrir, dan salafy. Setelah mendapat sedikit shibghah Al Islam dan Kemuhammadiyahan dari Pelatihan Melati Tunas saya mencoba berdiskusi kecil-kecilan dengan teman-teman yang berbeda gerakan dengan saya, maka semakin hari semakin banyak pertanyaan yang kemudian muncul, kalau pertanyaan itu terkait masalah gerakan dan pemikiran, saya akan cari buku-buku soal kemuhammadiyahan untuk mencari jawaban. Kalau pertanyaan itu tekait fiqh maka larinya kepada tarjih. Hal ini membuat saya semakin ingin terus menggali apa itu Muhammadiyah dan apa sih spesialnya Muhammadiyah ini?
Saya memandang Muhammadiyah memiliki kespesialan dalam hal gerakan, gerakan Muhammadiyah tidak berpolitik tapi tidak anti politik dan tidak buta politik. Ini menarik, Muhammadiyah yang memiliki ciri khas tajdid (pembaharu) mampu melakukan pembaharuan tanpa melalui politik praktis, salah satu gerakan islam terbesar yang “sukses” dengan pembaharuan sosial nya adalah Muhammadiyah. Dalam fiqih, Muhammadiyah juga spesial, Muhammadiyah dalam pengambilan hukum-hukum yang ada di dalam Al-Qur’an dan Sunnah tidak taqlid kepada salah satu pendapat 4 Imam Mazhab Besar (tidak menganut tradisionalisme Mazhabiyah) tapi hanya meniru metode pengambilan hukumnya dan dicari yang paling kuat dan proporsional. Ini lah yang memikat dari gerakan Muhammadiyah ini.
Muhammadiyah pun bukanlah gerakan yang terlalu “bernafsu” untuk mendirikan sebuah Negara Islam, karena Muhammadiyah melakukan pembaharuan secara Bottom-Up, memperbaiki masyarakat agar sesuai ajaran Islam agar menjadi masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, Muhammadiyah merupakan salah satu gerakan yang memiliki pandangan bahwa negara dan agama memiliki hubugan simbiotik dengan maksud negara dan agama tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya, karena agama dan negara saling berhubungan, agama membutuhkan negara sebagai sarana dakwah, dan negara butuh agama agar keberjalanan negara sesuai dengan bimbingan etika dan moral yang bersumber dari agama. Dengan itu jelas Muhammadiyah tidak menganut dan bahkan menolak sekulerisme (pemisahan agama dan negara), dan juga Muhammadiyah tidak menganut paham integralistik (pembentukan negara agama). Inilah poin yang membuat saya kagum juga dengan Muhammadiyah dan memutuskan untuk bergabung menjadi bagian dalam gerakan ini.
Muhammadiyah memang bukanlah satu-satunya gerakan Islam yang ada di bumi ini, tapi Muhammadiyah adalah satu-satunya gerakan Islam yang ada di hati ini. “Jangan menduakan Muhammadiyah dengan gerakan lain, sekali Muhammadiyah tetap Muhammadiyah !”
Disamping hal-hal menarik yang sudah disebutkan diatas, Muhammadiyah memiliki hal yang menarik lainnya, yaitu Muhammadiyah merupakan gerakan Islam yang demokratis terbukti adanya 4 tipe warga dalam tubuh Muhammadiyah, sebagaimana menurut Abdul Munir Mulkhan yaitu Al Ikhlas; Kiai Dahlan, Munu (Muhammadiyah NU) dan Marmud (Marhaenis Muhammadiyah). Al Iklhas diidentikan dengan warga Muhammadiyah yang tarjih minded, konservatif, eksklusif dan keras berorientasi hukum fiqih yang hitam-putih. Kiai Dahlan merupakan sebutan bagi warga Muhammadiyah yang menempatkan fatwa tarjih sebagai norma ideal, mengajak orang lain untuk mengikuti fatwa tarjih dengan mau’idlah hasanah. Munu (Muhammadiyah NU) merupakan sebutan bagi warga Muhamadiyah yang berpikir dan berorganisasi model Muhammadiyah tapi hidup bertradisi NU, dan Marmud (Marhaenis Muhammadiyah) merupakan sebutan bagi warga Muhamadiyah yang berpikir dan berorganisasi model Muhammadiyah tapi hidup bertradisi abangan. Tipe-tipe warga Muhammadiyah ini tidak saling meniadakan satu sama lain, tapi saling mengisi dan saling bekerjasama, maka tak aneh jika Mitsuo Nakamura mengatakan bahwa Muhammadiyah itu memiliki banyak wajah.
Muhammadiyah memang bukanlah satu-satunya gerakan Islam yang ada di bumi ini, tapi Muhammadiyah adalah satu-satunya gerakan Islam yang ada di hati ini. “Jangan menduakan Muhammadiyah dengan gerakan lain, sekali Muhammadiyah tetap Muhammadiyah !”
0 comments:
Posting Komentar