Khutbah Jum'at: Memaknai Idul Adha (Bagian 2)
Jamaah sidang jum’at yang berbahagia, puji syukur ke hadirat Allah atas segal limpahan berkah dan hidayah Nya. Salam dan shalawat kepada junjungan kita Rasullah SAW. Selanjutnya mari kita luruskan niat kita, agar apa yang kita lakukan hanya berdasar kepada perintah Allah dan didasarkan pada upaya mencari ridho Allah,sehingga kita berharap apa yang kita kerjakan dinilai ibadah oleh Allah.
Jama’ah sidang jum’at yang dimuliakan Allah, pada khutbah terdahulu telah kita sampaikan makna idul adha bagian pertama, kini mari kita lanjutkan makna idul adha berikutnya. Yaitu:
Kelima, Allah memberi balasan terbaik untuk setiap pengorbanan hambanya. Dapat dilihat ketika Ibrahim hendak menyembelih Ismail ternyata Allah memberi ganti yang lain, yaitu seekor domba. Artinya ketika kita mau berkurban untuk allah maka allah ternyata akan secara tunai mengganti apa yang kita kurbankan tersebut….sebagaimana tertuang dalam QS Saba (34) ayat 39…
…dan apa saja yang kamu nafkahkan (di jalan Allah,maka Allah akan menggantinya.
Keenam,idul adha mengandung maksud untuk meningkatkan iman taqwa kepada Allah. Hal inii dapat dilihat dari prosesi penyembelihan hewan qurban dimana daging maupun darahnya tidak akan sampai kehadapan Allah, yang akan sampai kehadirat Allah hanyalah iman dan taqwa dari si pemberi hewan qurban. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam surat Al Hajj (22) ayat 37…
Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.
Ketujuh,berbagi sebagai wujud amal saleh dan ihsan. Penyembelihan hewan qurban memilikii makna tinggi sebagai amal saleh dan ihsan. Setiap insan yang memiliki kecukupan rezeki dan akses kehidupan yang lebih baik menjadi lebih peduli kepada sesamanya yang membutuhkan tanpa diskriminasi. Daging qurban dibagikan kepada sesama tanpa melihat perbedaan. Ini sekaligus merupakan wujud ajaran Islam yang universal dan menghargai siapapun dengan latar belakang apapun. Menjadi bukti dan menjadi bantahan terhadap semua pihak yang selama ini mendiskreditkan umat Islam dengan issue kebhinekaan. Dengan idul adha sekali lagi meneguhkan bahwa berbagi dan beramal saleh adalah untuk semua, sebagai wujud Islam rahmatan lil alamin.
Kedelapan, wujud kepekaan social. Idul adha adalah symbol kepedulian social dalam Islam, yang mengajarkan pentingnya jiwa berkurban berbasis iman dalam membangun kesejahteraan bersama. Tanpa kepekaan social yang baik orang yang memiliki kekuasaan, berlebih rejeki dan jabatan tidak akan mampu melihat penderitaan kaum papa dan dhuafa. Kepekaan social dibutuhkan untuk membuktikan rasa kasih sayang terhadap sesame. Dalam sebuah hadits Rasul menyatakan “Tidak beriman seseorang hingga dia mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri” (HR Muslim).
Kesembilan, persiapan menuju era baru. Pasca idul kurban mengandung makna sebentar lagi kita akan memasuki era baru, bulan Muharram, tahun baru dalam penanggalan Islam. Artinya secara tidak langsung memiliki makna bahwa untuk memasuki era baru dalam hal apapun dibutuhkan pengorbanan.
Jama’ah sidang jum’at yang berbahagia idul adha, idul qurban ternyata memberi banyak pelajaran kepada kita semua. Mengajarkan bahwa salah satu wujud kasih sayang adalah dengan kurban. Tanpa pengurbanan jiwa, tenaga, pikiran, perbuatan yang tulus dan ikhlas dari semua elemen terutama dari para elite maka mustahil kesejahteraan akan dapat terwujud. Pengorbanan akan mengantarkan kita semua kepada era baru yang lebih baik dari sebelumnya.
Kita perlu berkurban sesuai dengan porsi dan kedudukan kita masing- masing, dalam konsep seoptimal mungkin, mas ta tho tu . Jika itu sudah kita lakukan maka kesejahteraan akan kita raih. Dan pada akhirnya gagasan besar mewujudkan bangsa yang besar dalam bingkai baldatun thayyibun wa rabbun ghafur dalam naungan Allah akan terwujud. Adil makmur bahagia sentosa dalam naungan Pancasila dan Ridho Allah insya allah bisa terwujud. Amin.
Jama’ah yang berbahagia mari kita renungkan sejenak sudahkah kita berkurban sesuai posisi dan kedudukan masing- masing, jika hal tersebut telah kita lakukan, insya allah kita akan menjadi pribadi yang tahu berterima kasih, pribadi yang mampu berkurban, dan pribadi yang demokratis, peduli kepada kesejahteraan bersama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam naungan ridho Allah. Dengan itu sesungguhnya derajat kemuliaan akan kita peroleh baik di hadapan manusia, maupun di hadapan Allah. Semoga bermanfaat, terima kasih
Endri Yunarto Besar, S.Pd, M.Pd
Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus
Pimpinan Cabang Muhammadiyah Delanggu
0 comments:
Posting Komentar