PKU Muhamamdiyah Delanggu
Kultum

MANUSIA PENDENGKI

Allah SWT. menciptakan segala sesuatu selalu berpasang – pasangan, ada baik dan ada buruk. Demikian pula manusia. Manusia yang berkecanderungan bisa memberi manfaat kepada manusia lainnya adalah golongan manusia baik seperti sabda Rasulullah SAW.
“Sebaik baik manusia adalah yang bisa memberi manfaat kepada manusia yang lain” (HR. Dauqudni)
Dari hadist tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa orang yang tidak bisa memberi manfaat pada orang lain adalah golongan manusia buruk. Apalagi kalau sebaliknnya tentulah sangat buruknya.
Salah satu dari manusia buruk adalah manusia pendengki. Dengki adalah sifat buruk bagaikan api membakar kayu bakar.
“Hasud dapat menghapus kebaikan bagaikan api membakar kayu” (HR. Ibnu Majah)
Allah SWT. berfirman dalam Surat An-Nisa’ 54
”Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) karena karunia yang telah Allah berikan kepada manusia itu”.
Manusia pendengki yang dicatat Allah dalam Al-Qur’an ialah orang Yahudi Bani Israil. Karena dengkinya pada Nabi Muhammad SAW. menghalangi mereka untuk beriman ”mengapa yang menjadi Nabi orang Arab, bukan bangsa merena Israil ?”.
Pada zaman ini manusia pendengki ada dimana-mana. Mereka akan merasa senang kalau orang lain ada dibawahnya. Mereka gembira kalau orang lain celaka. Mereka bersuka cita apabila orang lain sengsara. Kebahagian, keberhasilan orang lain menjadikan hati meraka gundah gulana.
Bagaimana dalam Persyarikatan, kita apakah manusia pendengki? Kalau kita perhatikan memang penyakit ini telah banyak merongrong Persyarikatan yang kita cintai ini. Pada waktu Musyawarah Cabang (Musycab) banyak orang meriang karena yang terpilih Si Fulan. Kenapa bukan ana ? Mengapa bukan kawan ana ?
Persyarikatan memiliki mobil untuk menunjang kegiatan organisasi, tetapi saat ini mobil tidak berfungsi maksimal karena tidak ada yang bersedia ketempatan. Karena ia tidak dihujat menggunakan mobil Persyarikatan untuk pribadi. Padahal mereka juga menghujat keras kalau ada program Persyarikatan tidak berjalan.
Demikian ketika Rumah Sakit kita kolaps, orang ramai-ramai ngrasani bahwa Persyarikatan tidak pecus mengelola amal usaha. Tetapi ketika Persyarikatan menempatkan personilnya untuk memperbaiki manajemen Rumah Sakit, ketika kemudian menjadi berkembang, kembali Persyarikatan dihujat cercaan menggunakan amal usaha untuk memperkaya diri sendiri.
Ketika amal usaha berkembang maju, mereka mengira pimpinan Persyarikatan itu keceh duit/ mandi uang, maka menjadikan mereka sakit kepala, menyebabkan mereka tidak mau bekerja kalau tidakk dibiayai Persyarikatan. Mereka tidak mau bersusah payah, apalagi mengeluarkan uang.
Termasuk manakah kita ? Orang yang menanam kemudian panen atau manusia yang selalu sakit hati melihat kesuksesan dan keberhasilan orang ?
Wallahu alam bissawab.

About khosimjo

0 comments:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.