Dian Iswanto
Sekretaris PCPM Delanggu
Proklamasi 17 Agustus 1945 terjadi bertepatan dengan 9 Ramadhan 1364 H, Jum’at Legi jam 10 pagi, dibacakan oleh Bung Karno dan didampingi oleh Bung Hatta, dengan mengibarkan bendera Merah Putih. Sepintas peristiwa akbar yang besejarah ini dinilai sebagai peristiwa politik saja tanpa dijiwai oleh ajaran Islam. Padahal Bung Karno sendiri sebagai pelaku sejarah menyatakan bahwa pemilihan tanggal 17 agustus dipengaruhioleh kewajiban shalat yang dijalankannya setiap hari, yaitu sebanyak 17 rakaat.
Sejarah menampakan bukti tentang berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa,jika diperhatikan pada masa perang kemerdekaan. Bangsa dan Negara saat itu belum memliki militer regularuntuk menghadapi kedatangan sekutu. Bagaimana jika tanpa rahmat Allah Yang Maha Kuasa, Republik Indonesia yang masih sangat lemah dan muda akan mudah dipatahkan. bangsa Indonesia dapat menunjukan keunggulan kejuangannya. Senjata bambu runcing disertai takbir Allahu Akbar mampu mempertahankan Surabaya dari ultimatum Sekutu. (Sumber Asli : http://mjinstitute.com/index.php/artikel/history/14-spirit-proklamasi-pengaruh-dari-islam)
Sungguh sangat wajar jika seluruh elemen bangsa selalu larut dalam perayaan proklamasi setiap tahunnya. Termasuk Muhammadiyah sebagai organisasi islam yang lahir jauh sebelum diplokamirkan kemerdekaan bangsa ini. Bagi Muhammadiyah Perayaan Kemerdekaan tak hanya berhenti pada memasang bendera, mengikuti upacara dan mendengarkan amanat Pidato Presiden dalam upacara perayaan kemerdekaan, jika diperkenankan menebak isi pidato presiden dalam perayaan kemerdekaan tahun ini pastilah tidak akan jauh dari tema “Kerja Bersama”.
Apresiasi setinggi-tingginya kami haturkan kepada bapak presiden yang telah memilih dan mengangkat tema yang sungguh sangat baik dalam perayaan 72 tahun kemerdekaan indonesia. “KERJA BERSAMA”
Satu slogan atau tema yang saya kira sangat baik jika dicanangkan dan senantiasa dijalankan oleh siapapun rezim yang berkuasa, dalam diri muhammadiyah “KERJA BERSAMA” tidak hanya berhenti pada masa bakti kepemimpinan, namun sudah terbukti dan teruji bahwa dengan siapapun rezim yang sedang berkuasa serta bagaimanapun kondisi politiknya, Muhammadiyah mampu menjalin sinergi dan sudah teruji lebih dari satu abad dengan seluruh potensi yang dimilikinya, Meski hanya dibagi satu kursi dan selalu di “usili” sekalipun Muhammadiyah tetap setia dan akan selalu siap “KERJA BERSAMA” guna mewujudkan cita-cita luhur bangsa tercinta ini,
Untuk bisa sebesar dan semandiri ini, Muhammadiyah ditopang dengan berbagai macam Amal Usaha serta organisasi otonom dengan mendidik dan senantiasa melahirkan kader-kader militan, salah satu hal yang menarik dikaji dari ortom muhammadiyah adalah KOKAM (Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah), di delanggu sendiri ada satu kesalahan fatal dalam memahami KOKAM, dalam benak warga Muhammadiyah, memandang KOKAM sebagai ORTOM yang berdiri sendiri, inilah yang keliru dan harus segera diluruskan, KOKAM adalah salah satu bidang yang terdapat dalam organisasi Pemuda Muhammadiyah.
Ada dua Hal yang menurut saya menarik untuk dikaji, Anggota KOKAM senantiasa ditanamkan Jiwa KORSA, yang kemudian penulis artikan sebagai berikut :
1. Komando Satu Rasa
2. Rasa Hormat, Rasa Hormat Pribadi dan rasa hormat pada organisasi/Korps
3. Setia, Setia kepada sumpah, janji dan tradisi kesatuan serta kawan-kawan satu Korps
4. Kesadaran, terutama kesadaran bersama, bangga untuk menjadi anggota Korps
Sementara hal kedua adalah “PEREKASA” Pertahankan Kalimat Syahadat,
Dua hal inilah yang menurut saya membuat seseorang akan semakin kuat, selain itu memiliki sikap teposeliro, toleran serta tidak turut serta dalam mengumbar ujaran kebencian yang pada saat ini sedang dipertontokan oleh banyak kalangan.
Jika organisasi otonom pemuda muhammadiyah diasah dan diasuh dengan tepat, baik dan benar, maka sudah pasti akan lahir tokoh muda yang berkarakter dengan landasan ideogi yang jelas. Karena Pemimpin bangsa tidak dilahirkan dalam waktu singkat, mereka perlu dididik untuk terdidik, dibina untuk berguna, diasah untuk tidak mudah gelisah, diasuh untuk tidak grusah-grusuh agar kelak selalu ingat bahwa berfatabiqul khairat itu mutlak.
Sudah saatnya kita untuk berhenti menghujat, mari berfastabiqul khairat, berkhitmat untuk umat menuju indonesia berdaulat.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 comments:
Posting Komentar