Dalam rangka meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, serta menegakkan ketauhidan Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Desa Mireng, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten setiap malem Rabu mengadakan kajian Qur’an dan As Sunnah.
Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Desa Mireng, Trucuk, Klaten Hartono kepada Hijrah yang ditemui pada saat kajian di rumah Murjoko DK. Mireng Kidul, Mireng pihaknya mengatakan, bahwa kajian Qur’an Sunnah ini hanya diikuti sekitar 11 orang saja. Meski peserta kajian sedikit, namun teman-teman PRM tetap iatiqomah untuk mengkaji pedoman hidup umat Islam yakni Al Qur’an dalam rangka mengamalkan agama Islam secara kaffah ( menyeluruh), murni tanpa dicampuri dengan kebid’aha dan kesyirikan. Kajian ini telah berjalan sekiatr 2 tahun lebih. Sudah berjalan 3 romadlon. Dengan demikian kajian ini sudah mulai menapaki tahun ke tiga (3). Dalam pelaksanaan kajian tempat secara sukarela bergilir di masing-masing peserta.
Sejak berdiri kajian anggota peserta memang hanya berkisar 11 orang. Jika ada 1 peserta yang keluar ada saja penggantinya.Begitu seterusnya, hingga pada akhirnya hanya 11 orang peserta. Namun saya bersyukur pada akhir-akhir ini ada penambahan 1 orang yang masuk, ujar Hartono.
Adapun sistem kajian yakni peserta membawa Al Qur’an terjemah maupun tafsir dari berbagai karangan ulama besar baik luar negeri maupun dalam negeri. Diantara Qur’an yang dikaji antara lain: Tafsir Ibnu Katsir, tafsir Al Maraghi, tafsir dari Prof.Dr. HAMKA, Tafsir Jalalain, Tafsir bahasa Jawa Iklil, dan Tafsit terbitan Kementrian Agama RI.
Secara bergantian, anggota kajian membecakan materi yang telah ditentukan, misalnya Surat Bayyinah ayat 1- 5. Seseorang membacanya yang lain menyimak kemudian menirukan. Hal ini agar pembacaan ayat Qur’an sesuai dengan makhraj ( huruf) maupun tajwid ( tata cara membacanya). Kemudian dibacakan terjemahannya dilanjutkan pembacaan tafsirnya dari ayat tersebut hingga selesai. Bagi yang membawa Tafsir Ibnu Katsir membacakan isi tafsirnya, yang membawa Tafsir Iklil juga membacakannya. Begitu seterusnya sampai semua tafsir Qur’an yang dibawa oleh peserta terbaca semua. Usai dibaca dari masing-masing Qur’an yang dibawa kemudian didiskusikan baik persamaan maupun perbedaan dari masing- masing tafsir. Akhirnya tafsir dari berbagai terbitan tersebut diambil kesimulannya. Dari sinilah peserta dapat memahami isi kandungan Al Qur’an sebagai pedoman hidup di dunia untuk mencapai kebahagian hidup di akherat, ujarnya.
Usai diskusi shohibul bait ( tuan rumah) yang mendapat giliran tempat menyiapkan materi untuk disampaikan kepada peserta. Hal ini untuk mendidik peserta dapat menyampaikan materi meskipun hanya 1 ayat.
Adapun hasil kajian ini dapat dirasakan banyak manfaatnya. Bahkan setelah mengetahui kandungan isinya diamalkan. Dulu sebelum mengkaji Qur’an banyak ibadah yang tidak dituntunkan nabi Muhammad SAW maupun tidak terdapat perintah dari Qur’an banyak yang dijalankan, seperti kebanyakan orang Jawa yang masih menghidupkan tradisi Jawa. Alhamdulillah para peserta kajian ini sudah meninggalkan adat kebiasaan orang Jawa yang tidak sejalan dengan Al Qur’an dan As Sunnah. Tidak mencampur adukkan antara adat dengan Qur’an dan Sunnah, sehingga amalan yang dijalankan oleh peserta kajian sedikit demi sedikit akan menghindarkan diri dari jeratan syaithan yang mengajak kepada kemusyrikan, maupun kebid’ahan. Banyak jalan menuju musyrik dan bid’ah yang dulu diuri-uri oleh jamaah pengajian, namun setelah mengkaji Qur’an dan Sunnah kini sudah mulai ditinggalkan. Hal ini sesuai dengan ayat Al Qur’an sebagai sindiran dari Allah yakni:” apakah sama antara yang tahu dengan yang tidak tahu?” dan “ Apakah sama antara orang buta dengan orang yang melihat?’
Dari ayat inilah dapat diambil kesimpulan tentang amalan bagi yang sudah mengetahui apakah harus sama dengan amalan orang yang tidak mengetahui. Semoga kami ntetap istiqomah meskipun teman kami hanya sedikit, harap Hartono.Amin yaa robbal ‘alamin.(H.24)
0 comments:
Posting Komentar