Ketika Ramadhan tiba Rasulullah SAW., dan para sahabatnya bersuka cita menyambut kedatangan bulan mulia itu. Bulan dimana Allah membuka pintu ampunan seluas-luasnya bagi manusia yang ingin bertaubat, melipat gandakan pahala mereka yang berbuat kebaikan meskipun hanya seteguk air. Dengan gembira Rasul mengucapkan : Ahlan wa sahlan ya Ramadhan, seraya berdoa : “Ya Allah jadikan bulan ini bagi kami bulan keamanan, bulan keimanan, bulan keselamatan dan keislaman. Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah. Bulan ini adalah bulan bimbingan dan kebaikan.”
Puasa dalam bahasa Arab berasal dari kata al imsaak yang berarti menahan. Menahan diri dari makan, minum, dan bersanggama sejak fajar sidiq sampai terbenamnya matahari, dengan niat beribadah dengan ikhlas karena Allah SWT. (Q. S. Al Baqarah 183-186). Nabi SAW. memerintahkan untk menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur. Mensunahkan mengawali berbuka dengan sesuatu yang tidak tersentuh api seperti kurma dan buah segar. Rasul juga memeritahkan mengisi perut kita sepertiga dengan air, sepertiga untuk makanan dan sepertiga untuk udara, berhenti makan sebelum kekenyangan. Tetapi hakikat puasa tidak hanya itu, karena Rasulullah SAW. telah bersabda, :
“Barang siapa tidak bisa meninggalkan ucapan dan perbuatan yang kotor, maka Allah tidak hajad akan puasanya.” (Al Hadits).
Begitulah Rasulullah SAW. berpuasa tidak sekedar meninggalkan makan dan minum atau berkumpul dengan istri, tetapi juga menahan diri dari ucapan dan tindakan kotor, meninggalkan segala perbuatan yang tidak ada manfaatnya. Kecuali puasa jasmaninya, puasa pula segenap panca inderanya dan rohaniya dari hal-hal yang dilarang Allah SWT. mereka juga mengisi waktu-waktunya dengan amalan shalih seperti : sedekah, sholat malam, baca Al Quran, i’tikaf, dsb.
By the way, Bagaimana kita menyambut dan melaksanakan puasa? Ketika PP Muhammadiyah mengeluarkan Maklumat bahwa awal Ramadhan 1433 H jatuh pada hari Jum’at Kliwon, 20 Juli 2012, banyak diantara kita yang terkejut. “Oh wis meh pasa maneh to? Kok gelis ya ndang pasa maneh?” Mungkin mereka tidak mengharap puasa segera tiba, karena bagi sebagian orang, puasa adalah penderitaan. Bahkan ada yang utang puasanya tahun lalu belum ditunaikan. Bagaimanapun mereka juga segera bersiap-siap menyambut bulan mulia tersebut. Para ibu rumah tangga memborong segala macam keperluan dapur, sehingga menjelang puasa harga 9 (sembilan) bahan pokok melonjak drastis.
Ketika hari pertama puasa bukan main sibuknya, para ibu memasak berbagai menu berbuka. Menjelang berbuka kadang-kadang ayah ikut sibuk menyiapkan minuman, biasanya terdiri dari : teh panas, kolak, es cendol atau es buah tidak lupa air putih. Berbagai kudapan berupa gorengan, kletik-kletik, tidak lupa makanan basah, seperti sosis atau lemper. Nasinya sedikit lebih istimewa dari biasanya meski bukan rojolele, karena rojolele sudah jarang keberadaanya, tetapi yang penting putih dan pulen. Sayur terdiri sayur bersantan dan bening kadang-kadang urap, botok juga ada plus amis-amis, daging ayam sapi kadang-kadang ikan air tawar atau laut, plus kerupuk dan karak hamper-hampir meja makan tak cukup menampungnya.
Begitu adzan Maghrib terdengar seperti genderang perang telah ditabuh untuk mulai menyerbu target. Para prajurit begitu perkasanya menyerbu dan menghancurkan setiap sasaran sampai licin tandas. Ketika iqomah dikumadangkan ,terdengar bagai buluh perindu yang meninabobokkan. Para prajurit yang menyerbu dengan gegap gempita tadi terkulai kelelahan dengan perut menggembung, tak mampu mendatangi jamaah sholat Maghrib. Apalagi Sholat Tarawih yang lama ditambah kultum yang menyebalkan dan bertele-tele. Malam itu prajurit yang gagah perkasa itu terlelap dalam rehat untuk menghadapi serangan session kedua …… sahuuuur, atau tepatnya serangan fajar untuk kemudian terkulai lagi setelah pertempuran usai.
Hari-hari berikutnya juga demikian meskipun kadarnya agak menurun, tetapi ada kegiatan baru menunggu yaitu ….. tidur panjang dikala siang. Bukankah tidur itu ibadah? Bukankah Nabi pernah bersabda: Naumush shaaimi ‘ibaadatun.
ITULAH PENGALAMAN PRIBADIKU, BAGAIMANA ANDA ???
Wallaahua a’lam.
Puasa dalam bahasa Arab berasal dari kata al imsaak yang berarti menahan. Menahan diri dari makan, minum, dan bersanggama sejak fajar sidiq sampai terbenamnya matahari, dengan niat beribadah dengan ikhlas karena Allah SWT. (Q. S. Al Baqarah 183-186). Nabi SAW. memerintahkan untk menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur. Mensunahkan mengawali berbuka dengan sesuatu yang tidak tersentuh api seperti kurma dan buah segar. Rasul juga memeritahkan mengisi perut kita sepertiga dengan air, sepertiga untuk makanan dan sepertiga untuk udara, berhenti makan sebelum kekenyangan. Tetapi hakikat puasa tidak hanya itu, karena Rasulullah SAW. telah bersabda, :
“Barang siapa tidak bisa meninggalkan ucapan dan perbuatan yang kotor, maka Allah tidak hajad akan puasanya.” (Al Hadits).
Begitulah Rasulullah SAW. berpuasa tidak sekedar meninggalkan makan dan minum atau berkumpul dengan istri, tetapi juga menahan diri dari ucapan dan tindakan kotor, meninggalkan segala perbuatan yang tidak ada manfaatnya. Kecuali puasa jasmaninya, puasa pula segenap panca inderanya dan rohaniya dari hal-hal yang dilarang Allah SWT. mereka juga mengisi waktu-waktunya dengan amalan shalih seperti : sedekah, sholat malam, baca Al Quran, i’tikaf, dsb.
By the way, Bagaimana kita menyambut dan melaksanakan puasa? Ketika PP Muhammadiyah mengeluarkan Maklumat bahwa awal Ramadhan 1433 H jatuh pada hari Jum’at Kliwon, 20 Juli 2012, banyak diantara kita yang terkejut. “Oh wis meh pasa maneh to? Kok gelis ya ndang pasa maneh?” Mungkin mereka tidak mengharap puasa segera tiba, karena bagi sebagian orang, puasa adalah penderitaan. Bahkan ada yang utang puasanya tahun lalu belum ditunaikan. Bagaimanapun mereka juga segera bersiap-siap menyambut bulan mulia tersebut. Para ibu rumah tangga memborong segala macam keperluan dapur, sehingga menjelang puasa harga 9 (sembilan) bahan pokok melonjak drastis.
Ketika hari pertama puasa bukan main sibuknya, para ibu memasak berbagai menu berbuka. Menjelang berbuka kadang-kadang ayah ikut sibuk menyiapkan minuman, biasanya terdiri dari : teh panas, kolak, es cendol atau es buah tidak lupa air putih. Berbagai kudapan berupa gorengan, kletik-kletik, tidak lupa makanan basah, seperti sosis atau lemper. Nasinya sedikit lebih istimewa dari biasanya meski bukan rojolele, karena rojolele sudah jarang keberadaanya, tetapi yang penting putih dan pulen. Sayur terdiri sayur bersantan dan bening kadang-kadang urap, botok juga ada plus amis-amis, daging ayam sapi kadang-kadang ikan air tawar atau laut, plus kerupuk dan karak hamper-hampir meja makan tak cukup menampungnya.
Begitu adzan Maghrib terdengar seperti genderang perang telah ditabuh untuk mulai menyerbu target. Para prajurit begitu perkasanya menyerbu dan menghancurkan setiap sasaran sampai licin tandas. Ketika iqomah dikumadangkan ,terdengar bagai buluh perindu yang meninabobokkan. Para prajurit yang menyerbu dengan gegap gempita tadi terkulai kelelahan dengan perut menggembung, tak mampu mendatangi jamaah sholat Maghrib. Apalagi Sholat Tarawih yang lama ditambah kultum yang menyebalkan dan bertele-tele. Malam itu prajurit yang gagah perkasa itu terlelap dalam rehat untuk menghadapi serangan session kedua …… sahuuuur, atau tepatnya serangan fajar untuk kemudian terkulai lagi setelah pertempuran usai.
Hari-hari berikutnya juga demikian meskipun kadarnya agak menurun, tetapi ada kegiatan baru menunggu yaitu ….. tidur panjang dikala siang. Bukankah tidur itu ibadah? Bukankah Nabi pernah bersabda: Naumush shaaimi ‘ibaadatun.
ITULAH PENGALAMAN PRIBADIKU, BAGAIMANA ANDA ???
Wallaahua a’lam.
0 comments:
Posting Komentar